Teori Mimesis dan Teori Significat Form

3 Karya Desain Menggunakan Teori Mimesis dan Significant Form 

Hasil Analisis

1. Sad Dog


Creator by Fzdan

Karya ini menceritakan tentang anjing milik seorang wanita tua yang baru saja meninggal. Dialah satu-satunya yang pernah merawat anjing itu, dan sekarang dia sendirian. Dia tidak punya siapa pun yang mengajaknya jalan-jalan, memberinya camilan, atau menggaruk bagian belakang telinganya. Anjing itu berkeliaran di jalanan, mencari seseorang untuk memberinya cinta yang sangat dia butuhkan. Dia berhenti di setiap rumah, berharap seseorang akan menerimanya.

Seniman ini menghasilkan karya digital yang mewakili kisah sedih dari seekor anjing. Dengan teori Mimesis versi Aristoteles karya ini bisa dikatakan sebagai Seni karena, seniman telah menciptakan kembali kenyataan dengan hasil imajinatifnya sendiri dan merepresentasikannya lewat satu karya yang mewakili kisah tersebut. Berbeda dengan Mimesis Versi Plato, suatu karya bisa dikatakan sebagai karya seni apabila seniman menciptakan karya yang memiliki kemiripan yang sangat detail dengan aslinya atau keadaan sebenarnya (imitasi). Walaupun karya ini terlihat realistik atau mirip dengan aslinya (seekor anjing), namun pada kenyataanya hal tersebut tidaklah seperti itu atau tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Maka karya tersebut tidak bisa dikatakan seni bagi Plato.

Pada karya ini terdapat Bentuk Signifikan atau Significant Form berupa emosi estetis yaitu timbulnya pengalaman emosi spesifik yang dialami oleh pelihat/pengamat karya. Pada karya ini menimbulkan emosi estetis berupa formalistis. Emosi estetis formalistis yang didapatkan dari komposisi dan bentuk estetis pada lukisan atau karya seni. Bentuk dalam seni rupa, meliputi: garis,warna, bidang, tekstur, dan sebagainya. Dan karya ini membuat saya dapat merasakan kesedihan lewat raut wajah si anjing dan nuansa hitam putih yang membuat karya ini makin menarik sehingga nilai estetisnya diakui.

2. Rage

Creator by tz1P5...WWAkg

Karya ini menggambarkan jiwa yang membara terhadap hidup yang dijalaninya. Hidup itu singkat, jadi hiduplah walaupun harus merasakan ketakutan, kemarahan, bahkan jatuh cinta dan hargailah kenangannya.

Seniman ini menghasilkan karya digital yang mewakili rasa kemarahan. Dengan teori Mimesis versi Aristoteles karya ini bisa dikatakan sebagai Seni karena, seniman telah menciptakan kembali kenyataan dengan hasil imajinatifnya sendiri dan merepresentasikannya lewat satu karya yang mewakili satu rasa.

Pada karya ini terdapat Bentuk Signifikan atau Significant Form berupa emosi estetis yaitu timbulnya pengalaman emosi spesifik yang dialami oleh pelihat/pengamat karya. Pada karya ini menimbulkan emosi estetis berupa empatis. Emosi estetis empatis adalah emosi yang bersifat seakan-akan. Dan karya ini membuat saya dapat merasakan kemarahan lewat raut wajah yang terbentuk dari unsur-unsur desain (garis, warna, bidang)  dan ditata dengan prinsip desain yang membuat karya ini menarik perhatian.

3. School


Creator by Puspa harsono

Karya ini menceritakan tentang kehidupan di sekolah khususnya saat pembelajaran di kelas. Di sekolah, terukir cerita tentang “saya” yang tidak mampu belajar matematika, fisika, kimia. Sangat menegangkan selama pelajaran itu. Namun sekali lagi terima kasih kepada teman-teman, semua pelajaran menjadi ringan karena kita saling membantu. Meski tidak semua sahabat bisa memberikan ilmu dan jawaban. Sangat menyenangkan. Tidak masalah karena masih sekolah. Akan ada masa-masa yang sangat berbeda, dan semuanya akan sangat berbeda. Tidak ada teman di sekolah, dan kami terpaksa mengurus diri sendiri.

Seniman ini menghasilkan karya abstrak yang digambarnya secara manual untuk mewakili  kehidupannya dalam belajar di sekolah. Dengan teori Mimesis versi Aristoteles karya ini bisa dikatakan sebagai Seni karena, seniman telah menciptakan kembali kenyataan dengan hasil imajinatifnya sendiri dan merepresentasikannya lewat karya abstrak ini.

Pada karya ini terdapat Bentuk Signifikan atau Significant Form berupa emosi estetis yaitu timbulnya pengalaman emosi spesifik yang dialami oleh pelihat/pengamat karya. Pada karya ini menimbulkan emosi estetis berupa empatis. Emosi estetis empatis adalah emosi yang bersifat seakan-akan. Sehingga karya ini membawa audience ke dimensi lain. Dengan latar belakang atau tujuan yang jelas karya ini memiliki nilai estetis yang diakui.



Tabel Perbedaan

 

Dilihat dari Mimesis

Dilihat dari Significant Form



Karya ini merepresentasikan kembali dari satu kisah dengan hasil imajinatif sang seniman. Sesuai dengan mimesis menurut Aristoteles, jika A adalah seni, maka A adalah hasil Representasi.

Karya ini terdapat emosi estetis formalistis yang didapatkan dari komposisi atau susunan unsur-unsur desain (titik, garis, bidang dan warna) tanpa menimbulkan emosi empatis.



Karya ini merepresentasikan kembali dari satu rasa dengan hasil imajinatif sang seniman. Sesuai dengan mimesis menurut Aristoteles, jika A adalah seni, maka A adalah hasil Representasi.

Karya ini terdapat unsur-unsur desain (garis,bidang dan warna yang colorful), sehingga menimbulkan emosi estetis empatis, yaitu kemarahan.



Karya ini merepresentasikan keadaan pembelajaran di sekolah dengan hasil imajinatif sang seniman. Sesuai dengan mimesis menurut Aristoteles, jika A adalah seni, maka A adalah hasil Representasi.

Karya ini terdapat unsur desain warna hitam-putih yang menimbulkan emosi estetis empatis, yaitu kesedihan.

Kesimpulan

Pendapat mengenai diakuinya suatu hal sebagai karya seni sebenarnya balik lagi ke pemahaman masing-masing teori.

Menurut Plato, seni adalah Imitasi. Seni hanya dapat meniru dan membayangkan hal-hal yang ada dalam kenyataan yang tampak. Dan hal yang tampak tersebut sebelumnya dibuat oleh manusia yang berandai-andai atau meniru yang ada di “dunia ideal”. Lalu hasil dari berandai-andai itulah yang dijadikan sebagai objek seni rupa yang ditiru oleh manusia. Meskipun Plato cenderung merendahkan nilai karya seni yang hanya dipandang sebagai tiruan dari tiruan, namun dalam pandangannya tersebut tersirat adanya hubungan antara karya seni dengan masyarakat (kenyataan). Apa yang tergambar dalam karya seni, memiliki kemiripan dengan apa yang terjadi dalam masyarakat.

Menurut Aristoteles, seni adalah hasil Representasi dari kehidupan masyarakat yang tidak selalu mirip dengan kehidupan masyarakat sebenarnya. Maksudnya, seorang seniman dapat berimajinasi dan berkreasi terhadap karya yang diciptakannya, tidak harus bertumpu pada bentuk/keadaan sebenarnya sehingga, dapat membentuk suasana baru atau keadaan baru yang bahkan belum pernah ada sebelumnya. Dengan begitu karya tersebut masih bisa dikatakan sebagai seni.

Menurut Clive Bell, seni harus dilatarbelakangi Emosi Estetis yang ditimbulkan oleh pelihat/pengamat karya. Dan emosi itulah yang disebut dengan bentuk signifikan atau Significant Form. Tanpa adanya emosi estetis yang melatarbelakangi, suatu karya tersebut tidak bisa dikatakan sebagai seni.

·         

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Estetis Di Pekan Kebudayaan Nasional

PENTINGNYA SENI DALAM DIRI